
Bicara soal dunia medis di tanah air, tentu tak bisa lepas dari Sekolah Kesehatan Pertama di Indonesia. Banyak yang belum tahu kalau cikal bakal pendidikan kesehatan di Indonesia sudah ada sejak zaman kolonial. Padahal, dari sinilah lahir tenaga medis handal yang jadi tulang punggung kesehatan negeri ini.
Kenapa Sekolah Kesehatan Penting Sejak Dulu?
Di masa penjajahan Belanda, akses kesehatan sangat terbatas. Banyak daerah kekurangan tenaga medis. Inilah yang memicu didirikannya lembaga pendidikan kesehatan pertama.
“Tenaga medis yang terlatih sangat dibutuhkan untuk mengatasi berbagai wabah dan penyakit tropis kala itu,” ujar Dr. Achmad Sudirman, sejarawan medis dari UI.
Sekolah kesehatan bukan hanya tempat belajar, tapi juga benteng melawan ketimpangan layanan kesehatan.
Sejarah Berdirinya Sekolah Kesehatan Pertama di Indonesia
STOVIA: Pelopor Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan
Sekolah kesehatan pertama di Indonesia adalah STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Didirikan pada tahun 1851 di Batavia (sekarang Jakarta), STOVIA jadi tonggak sejarah penting dalam dunia medis nusantara.
Fakta Menarik STOVIA:
- Awalnya hanya menerima anak priyayi
- Pendidikan berlangsung selama 9 tahun
- Mahasiswa wajib tinggal di asrama
Tak hanya dokter, STOVIA juga melahirkan tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti dr. Soetomo.
Kurikulum dan Sistem Pendidikan di Sekolah Kesehatan Zaman Dulu
Belajar dari Kasus Nyata dan Praktik Lapangan
Berbeda dengan sekolah saat ini, kurikulum di STOVIA sangat terfokus pada penyakit tropis. Mahasiswa langsung turun ke lapangan untuk praktik di rumah sakit pemerintah.
Mata Pelajaran Unggulan:
- Anatomi dan fisiologi manusia
- Ilmu penyakit tropis
- Ilmu bedah dasar
- Farmasi dasar
Ilmu yang diajarkan sangat relevan dengan kondisi kesehatan masyarakat saat itu.
Dampak Sekolah Kesehatan Terhadap Perkembangan Medis Indonesia
Mencetak Generasi Dokter dan Tenaga Kesehatan Nasionalis
Lulusan STOVIA tidak hanya berkiprah sebagai dokter, tapi juga sebagai tokoh pembaruan. Mereka menyuarakan pentingnya kesehatan untuk semua lapisan masyarakat.
“Banyak alumni STOVIA yang menjadi pejuang kemerdekaan dan pelopor pendidikan kesehatan di daerahnya,” kata Prof. Nina Ariani, penulis buku sejarah medis Indonesia.
Peran mereka sangat besar dalam mengubah wajah layanan kesehatan Indonesia.
Sekolah Kesehatan Setelah Era STOVIA
Lahirnya Berbagai Lembaga Pendidikan Kesehatan di Nusantara
Setelah STOVIA ditutup dan berganti nama menjadi Fakultas Kedokteran UI, banyak sekolah kesehatan lain bermunculan:
- Akademi Kesehatan Gigi (1940-an)
- Sekolah Perawat dan Bidan di berbagai provinsi
- Akademi Kesehatan Masyarakat (1960-an)
Masing-masing fokus pada spesialisasi tertentu demi menjawab kebutuhan tenaga medis nasional.
Relevansi Sejarah Sekolah Kesehatan di Masa Kini
Pendidikan Kesehatan Harus Tetap Adaptif
Di era modern, pendidikan kesehatan harus bertransformasi. Teknologi, gaya hidup, dan tantangan global seperti pandemi membuat kurikulum harus terus diperbarui.
Namun semangat yang ditanamkan oleh Sekolah Kesehatan Pertama di Indonesia tetap relevan: dedikasi, nasionalisme, dan pengabdian.
“Kita butuh tenaga medis yang tidak hanya pintar, tapi juga punya empati dan integritas,” ujar dr. Wulan Putri, pengajar Fakultas Kedokteran.
Tantangan Pendidikan Kesehatan Saat Ini
Kualitas vs Kuantitas
Semakin banyak institusi kesehatan, tapi belum tentu semua punya standar yang sama. Beberapa tantangan yang dihadapi:
- Ketimpangan fasilitas antar daerah
- Kekurangan dosen kompeten
- Kurangnya praktik langsung di daerah terpencil
Solusi yang Bisa Dilakukan:
- Meningkatkan kerja sama dengan rumah sakit daerah
- Digitalisasi kurikulum
- Sertifikasi dan akreditasi ketat untuk semua sekolah kesehatan
Menengok Masa Depan Sekolah Kesehatan Indonesia
Digital Health dan Peran Generasi Muda
Dengan berkembangnya teknologi, kini muncul peluang baru dalam dunia medis seperti:
- Telemedicine
- AI di diagnosa penyakit
- Aplikasi kesehatan berbasis mobile
Sekolah kesehatan masa depan harus siap mencetak lulusan yang tech-savvy namun tetap humanis.
Kesimpulan: Jangan Lupakan Akar, Meski Dunia Terus Bergerak
Sekolah Kesehatan Pertama di Indonesia bukan sekadar institusi, tapi fondasi bagi lahirnya sistem kesehatan nasional. Dari STOVIA, kita belajar bahwa pendidikan kesehatan harus berpihak pada rakyat, progresif, dan selalu siap beradaptasi.
Kalau sekarang kamu belajar di fakultas kedokteran, keperawatan, atau farmasi, ingatlah bahwa jalan yang kamu tempuh adalah lanjutan dari perjuangan panjang yang sudah dimulai lebih dari 170 tahun lalu.
Disclaimer
Artikel ini ditujukan sebagai bahan edukasi dan informasi sejarah. Semua informasi bersumber dari literatur sejarah medis dan wawancara dengan pakar yang kompeten. Jika ada ketidaksesuaian data atau konteks lokal yang berbeda, silakan sesuaikan dengan referensi akademis atau sumber otoritatif yang kamu miliki.
Referensi: https://masyarakatsejarawan.or.id/